Kalian tentu sudah pernah membaca karya sastra, baik dalam bentuk puisi, prosa, atau naskah drama dan film. Menikmati karya sastra terasa lebih menyenangkan karena kalimat-kalimat yang digunakan penulis sedemikian rupa dirangkai dan dikemas serta 'dibumbui' majas.
Apakah yang dimaksud majas?
Majas atau gaya bahasa pemakaian ragam tertentu untuk mencapai efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup sesuai dengan keinginan dan tujuan penulis.
Secara garis besar majas terdiri dari 4 jenis, yaitu:
Majas Perbandingan
Alegori: Menyatakan
dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran yang dipakai sebagai lambang
untuk mendidik moral atau menjelaskan sesuatu.
Contoh:
- Saat seorang anak
dilahirkan dia seperti selembar kertas putih. Bila diisi kalimat yang santun, nilai
positif, dan warna yang lembut hasilnya akan mengagumkan. Namun bila diisi
dengan kata-kata kasar dan warna gelap, hasilnya pun akan buruk.
- Otak manusia ibarat mata pisau. Semakin diasah akan semakin tajam dan membuat orang lain segan. Tetapi, ketika dibiarkan begitu saja, ia akan tumpul, berkarat, dan tak menyilaukan.
Alusio: Majas
perbandingan yang menggunakan ungkapan yang lazim dikenal.
Contoh:
- Perilaku anak itu terhadap ibunya seperti Malin Kundang.
- Marc Marques dipredisikan menjadi the next Velentino Rossi.
Simile: Pengungkapan
dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
Contoh:
- Tatap matamu bagai busur panah.
- Seperti Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
Metafora:
kiasan yang mengandung perbandingan tersirat.
Contoh:
- Penyesalan dan kesedihan yang mendalam menghantui hidupku.
- Jangan kau cuci tangan setelah situasinya memburuk!
Metonimia:
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh:
- Liburan yang akan datang kita akan ke Lombok naik Bouroq.
- Kijang yang kami kendarai mampu melalui medan selicin itu.
Litotes: Ungkapan berupa
penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
- Terimalah hadiah yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
- Ayolah mampir ke gubuk kami.
Hiperbola:
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk akal.
Contoh:
- Suara Erick membahana ketika memanggilku.
- Rayuan mautmu tak mempengaruhiku.
Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan
perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh:
- Jam dinding pun tertawa tapi ku hanya diam dan membisu.
- Layaknya musim ini berkaca pada sikapmu.
- Kau dengar ada jeritan illalang yang terbakar dan musnah.
Pars Pro Toto:
Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:
- Pada Idul Adha tahun ini, kami mengurbankan seekor kambing.
- Harga tanda masuk per kepala Rp 50.000,00
Totem Pro Parte:
Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
- Dalam final Piala Dunia 2018 di Moskow, Perancis menang atas Kroasia dengan skor 4-2.
- Awal tahun 2020 Jakarta kembali terendam banjir.
Eufemisme:
gaya bahasa yang mengganti ungkapan yang dianggap kasar dengan yang lebih
halus.
Contoh:
- Cody Lee seorang penyandang tuna netra sekaligus autis ternyata mampu berprestasi dan keluar sebagai pemenang American’s Got Talent 2019.
- Di mana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun memiliki persamaan sifat
tertentu.
Contoh:
- Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
- Koruptor itu tidak beda dengan tikus yang senang menggerogoti apa saja.
Majas
Sindiran
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh:
- Suara Ghozi merdu seperti kaset kusut.
- Tulisanmu indah sampai sulit kubaca.
Sinisme: sindiran yang lebih kasar dari
ironi.
Contoh:
- “Hampir kau terlambat ya…!” kata bu Is kepada Adam yang datang 15 menit setelah bel masuk berbunyi.
- Kamu kan sudah pintar… mengapa harus bertanya kepadaku ?
Sarkasme:
Sindiran langsung dan kasar.
Contoh:
- Orang malas sepertimu mana mungkin bisa bekerja dengan baik.
- Aku takkan terpengaruh rayuan mautmu!
Majas
Penegasan
Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
- Saya naik ke atas atap menggunakan tangga.
- Mas Daning menepikan mobilnya ke pinggir jalan.
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan
klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh:
- Kau minta aku untuk menunggu…menunggu…dan menunggu lagi?
- Belajar, belajar, dan belajar…itu tugasmu saat ini.
Paralelisme: pengulangan kata di setiap baris dalam satu
bait yang sama dalam puisi.
Contoh:
…
Ketika yang tidak tertolong terus bertambah
Ketika kematian menjemput
Ketika itu ... telah terlambat!
(dikutip
dari puisi Ketika dan Ketika,
Ismaninggar, 2020)
Tautologi:
Pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata secara berlebihan.
Contoh:
- Cobalah mengerti dan memahami maksudku.
- Mereka berjanji untuk saling setia dalam senang dan susah maupun dalam bahagia dan nestapa.
Klimaks: Pemaparan
pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh:
- Sejak kecil, remaja, hingga dewasa, jiwa sosialnya tak pernah hilang.
- Bukan hanya sepuluh atau seratus, bahkan ribuan nyawa melayang selama perang berkecamuk di alur Gaza.
Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks /lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh:
- Jangankan emas permata, sesen pun aku tak punya.
- Dari kakeknya, ayahnya, anaknya, dan kini cucunya memiliki alergi obat.
Polisindeton: majas yang
menggunakan banyak konjungsi dalam mengungkapkan frasa, klausa, atau kalimat.
Contoh:
- Setelah memperoleh informasi, kami menuju ke perpustakaan untuk mencari informasi yang diperlukan kemudian mulai mengerjakan tugas.
- Jangan cuma hak dan kewajiban yang kita ingat, tetapi juga tanggung jawab dan kerja sama, serta sopan santun dan kejujuran.
Asindeton:
majas yang mengungkapkan frasa, klausa, atau kalimat
tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh:
- Kita membutuhkan tang, obeng, gunting, isolasi, kabel.
- Kami membawa pakaian, jaket, senter, makanan.
Majas
Pertentangan
Paradoks: majas yang memiliki
pertentangan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
- Saat ulangan berlangsung suasana sepi, sesekali terdengar helaan nafas dari beberapa siswa.
- Kelebihan pribadinya menutupi kekurangan fisiknya,
Antitesis: majas yang menbandingkan
dua hal yang berlawanan.
Contoh:
- Lelaki perempuan, besar kecil, kaya miskin semua memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
- Kebijakan yang diambil menimbulkan sikap pro dan kontra di masyarakat.
Kontradiksi
Interminus:
majas yang menggunakan pernyataan yang menyangkal pernyataan yang dikemukakan
sebelumnya.
Contoh:
- Semua buku perpustakaan boleh dipinjam siswa, hanya kamus dan ensiklopedia yang harus dibaca di tempat.
- Kami semua sudah berkumpul di rumah Gilang, hanya Danial yang belum hadir,








0 komentar:
Posting Komentar