Kamis, 04 Juni 2020

MAJAS

Kalian tentu sudah pernah membaca karya sastra, baik dalam bentuk puisi, prosa, atau naskah drama dan film. Menikmati karya sastra terasa lebih menyenangkan karena kalimat-kalimat yang digunakan penulis sedemikian rupa dirangkai dan dikemas serta 'dibumbui' majas. 

Apakah yang dimaksud majas?






Majas atau gaya bahasa  pemakaian ragam tertentu untuk mencapai efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup sesuai dengan keinginan dan tujuan penulis.

Secara garis besar majas terdiri dari 4 jenis, yaitu:



Majas Perbandingan

Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran yang dipakai sebagai lambang untuk mendidik moral atau menjelaskan sesuatu.
Contoh:
  • Saat seorang anak dilahirkan dia seperti selembar kertas putih. Bila diisi kalimat yang santun, nilai positif, dan warna yang lembut hasilnya akan mengagumkan. Namun bila diisi dengan kata-kata kasar dan warna gelap, hasilnya pun akan buruk.
  • Otak manusia ibarat mata pisau. Semakin diasah akan semakin tajam dan membuat orang lain segan. Tetapi, ketika dibiarkan begitu saja, ia akan tumpul, berkarat, dan tak menyilaukan.
Alusio: Majas perbandingan yang menggunakan ungkapan yang lazim dikenal.
Contoh:
  • Perilaku anak itu terhadap ibunya seperti Malin Kundang.
  • Marc Marques dipredisikan menjadi the next Velentino Rossi.
Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknyabagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh:
  • Tatap matamu bagai busur panah.
  • Seperti Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
Metafora: kiasan yang mengandung perbandingan tersirat.
Contoh: 
  • Penyesalan dan kesedihan yang mendalam menghantui hidupku.
  • Jangan kau cuci tangan setelah situasinya memburuk!                       
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh:
  • Liburan yang akan datang kita akan ke Lombok naik Bouroq.
  • Kijang yang kami kendarai mampu melalui medan selicin itu.
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
  • Terimalah hadiah yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
  • Ayolah mampir ke gubuk kami.
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh:
  • Suara Erick membahana ketika memanggilku.
  • Rayuan mautmu tak mempengaruhiku.
Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh:
  • Jam dinding pun tertawa tapi ku hanya diam dan membisu.
  • Layaknya musim ini berkaca pada sikapmu.
  • Kau dengar ada jeritan illalang yang terbakar dan musnah.
Pars Pro Toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:
  • Pada Idul Adha tahun ini, kami mengurbankan seekor kambing.
  • Harga tanda masuk per kepala Rp 50.000,00
Totem Pro Parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
  • Dalam final Piala Dunia 2018 di Moskow, Perancis menang atas Kroasia dengan skor 4-2.
  • Awal tahun 2020 Jakarta kembali terendam banjir.
Eufemisme: gaya bahasa yang mengganti ungkapan yang dianggap kasar dengan yang lebih halus.
Contoh:
  • Cody Lee seorang penyandang tuna netra sekaligus autis ternyata mampu berprestasi dan keluar sebagai pemenang American’s Got Talent 2019.
  • Di mana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun memiliki persamaan sifat tertentu.
Contoh:
  • Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
  • Koruptor itu tidak beda dengan tikus yang senang menggerogoti apa saja.

Majas Sindiran

Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh:
  • Suara Ghozi  merdu seperti kaset kusut.
  • Tulisanmu  indah sampai sulit kubaca.
Sinisme: sindiran yang lebih kasar dari ironi.
Contoh:
  • “Hampir kau terlambat ya…!” kata bu Is kepada Adam yang datang 15 menit setelah bel masuk berbunyi.
  • Kamu kan sudah pintar… mengapa harus bertanya kepadaku ?
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
Contoh:
  • Orang malas sepertimu mana mungkin bisa bekerja dengan baik.
  • Aku takkan terpengaruh rayuan mautmu!

Majas Penegasan

Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
  • Saya naik ke atas atap menggunakan tangga.
  • Mas Daning menepikan mobilnya ke pinggir jalan.
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh:
  • Kau minta aku untuk menunggu…menunggu…dan menunggu lagi?
  • Belajar, belajar, dan belajar…itu tugasmu saat ini.
Paralelisme: pengulangan kata di setiap baris  dalam satu bait yang sama dalam puisi.
Contoh:
            …
Ketika yang tidak tertolong terus bertambah
Ketika kematian menjemput
Ketika itu ... telah terlambat!

         (dikutip dari puisi Ketika dan Ketika, Ismaninggar, 2020)
           
Tautologi: Pengulangan gagasan, pernyataan, atau  kata  secara berlebihan.
Contoh:
  • Cobalah mengerti dan memahami maksudku.
  • Mereka berjanji untuk saling setia dalam senang dan susah maupun dalam bahagia dan nestapa.
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh:
  • Sejak kecil, remaja, hingga dewasa, jiwa sosialnya tak pernah hilang. 
  • Bukan hanya sepuluh atau seratus, bahkan ribuan nyawa melayang selama perang berkecamuk di alur Gaza.
Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks /lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh:
  • Jangankan emas permata, sesen pun aku tak punya.
  • Dari kakeknya, ayahnya, anaknya, dan kini cucunya memiliki alergi obat.
     
Polisindeton: majas yang menggunakan banyak konjungsi dalam mengungkapkan frasa, klausa, atau kalimat.
Contoh:
  • Setelah memperoleh informasi, kami menuju ke perpustakaan untuk mencari informasi yang diperlukan kemudian mulai mengerjakan tugas.
  • Jangan cuma hak dan kewajiban yang kita ingat, tetapi juga tanggung jawab dan kerja sama, serta sopan santun dan kejujuran.
Asindeton: majas yang mengungkapkan frasa, klausa, atau kalimat tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh:
  • Kita membutuhkan tang, obeng, gunting, isolasi, kabel.
  • Kami membawa pakaian, jaket, senter, makanan.

Majas Pertentangan

Paradoks: majas yang memiliki pertentangan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
  • Saat ulangan berlangsung suasana sepi, sesekali terdengar helaan nafas dari beberapa siswa.
  • Kelebihan pribadinya menutupi kekurangan fisiknya,
Antitesis: majas yang menbandingkan dua hal yang berlawanan.
Contoh:
  • Lelaki perempuan, besar kecil, kaya miskin semua memiliki hak yang sama sebagai warga negara.
  • Kebijakan yang diambil menimbulkan sikap pro dan kontra di masyarakat.
Kontradiksi Interminus: majas yang menggunakan pernyataan yang menyangkal pernyataan yang dikemukakan sebelumnya.
Contoh:
  • Semua buku perpustakaan boleh dipinjam siswa, hanya kamus dan ensiklopedia yang harus dibaca di tempat.
  • Kami semua sudah berkumpul di rumah Gilang, hanya Danial yang belum hadir,




0 komentar:

Posting Komentar