Kamis, 02 Juli 2020

SISWA DAN PUISI


INDAHNYA PERSAHABATAN
Oleh: Yaumul Mizan,  Kelas XII TPM-2



Sahabat...
Sahabat bagaikan ragum
Selalu menjepit dan menguatkan
Sahabat...
Kau bagaikan kikir
Yang bisa menghaluskan yang kasar
Bisa meratakan yang tidak rata
Kau bagai gergaji
Bisa memotong semua bagian burukku
Aku membutuhkan sahabat
Agar aku menjadi kuat, halus, dan terbaik

INDONESIA 2019
Oleh: Yaumul Mizan

Entah apa yang terjadi saat ini
Banyak orang yang berteriak dan diadili
Banyak orang tak kuat menghirup asap hingga mati
Kini Indonesiaku sedang sakit
Petinggi seperti takpeduli
Asyik dengan kegiatan kontroversi
Sedang apa negeri ini
Hingga rakyat dipukuli
Apakah ini Indonesia?
Yang dulu adil, makmur, dan sejahtera?
Kini Indonesia telah berubah sebab
Banyak petinggi sibuk dengan tahtanya

APATIS
Oleh: Yaumul Mizan

Masih banyak orang yang tak peduli dengan yang lain
Yang selalu memikirkan diri sendiri
Tak kenal kanan kiri
Hingga lupa hidup tak pernah sendiri.
Hidup ini penuh teka-teki
Yang mungkin tak bisa terpecahkan dengan argumentasi sendiri
Cobalah membuka hati
Jangan jadi orang tak tahu diri, dan
Mau menang sendiri


BERI KAMI KEHIDUPAN
Oleh: Veren Sindu

Veren, Kelas XII TITL-1
Bagaimana kau bisa melihat jiwa kami?
Yang hampa dan kosong tanpa ilmu
Dan kau mengisi jiwa itu dengan ilmu
Yang sangat menghidupkan kami
Sebelum kami mati rasa
Jiwa yang beku tanpa sentuhanmu
Tanpa kasih sayangmu guruku
Tanpa sukma semangatnya telah terlelap
Di tempat yang dingin dan gelap
Sampai kau temukan jalannya
Jalan menuju kehidupan yang nyata
Bangunkan kami guruku
Bangkitkan kami lagi guruku
Sekarang kami tahu
Kau tidak bisa meninggalkan kami sendiri
Di tempat yang suram ini
Bertahanlah di sini guruku dan buat kami nyata
Berikan kami kehidupan
Jangan biarkan kami mati di sini
Selamatkan kami dari kegelapan
Sebelum kami terperangkap selama-lamanya
Selamatkan kami dari kesia-siaan
Dan hanya engkaulah kehidupan  di antara kematian


PETAKA INDONESIAKU
Oleh:  Veren Sindu

Saat  ini
Indonesiaku sedang bersedih
Satu persatu masalah datang tanpa henti
Semua kepala tertunduk oleh tangisan ibu pertiwi .

Datang aturan yang tak masuk akal
mulai dari percekcokan suami istri
hingga si gelandang yang tak diizinkan ada di negeri ini
Kini ... langkah kami terkekang  semena- mena
Aturan dibuat tanpa memikirkan rakyat
Aktifis demokratis menjadi apatis
pada massa yang meringis , menangis
menolak undang- undang yang bengis

Di bulan ini
Mahasiswa, dosen, guru besar, masyarakat  pun beraksi
Menyuarakan kebenaran tentang batasan
Yang tak masuk akal
Yang hanya berpihak pada tirani
Yang tak pernah melihat ke bawah
Melihat yang lemah
Menahan tangis kepedihan

Apa lagi arti reformasi kini?
Ini bukan sebuah retorika semata
Ini kepedulian kami terhadap ibu pertiwi
Yaaa....
Camkanlah !!!!

Kami anak bangsa yang siap bertaruh nyawa
Demi kembalinya Indonesia yang merdeka
Merdeka dalam beraspirasi demi kepentingan bangsa...

Indonesia....sungguh mencekam
Haruskah kupeduli
atau harus kututup telinga?
Bahkan mungkin ku harus tutup mata?entahlah

Darah kita darah NKRI
Berhentilah menjadi rayap-rayap negeri
Janganlah reformasi dikebiri
Apalagi dikorupsi!


HUJAN
Oleh: Gamal
Gamal, Kelas XII TKR-1

Kutakut mendengar hujan
Deru suara hujan yang bersentuhan dengan semesta
Mengingatkanku akan sebuah kenangan
Yang entah mengapa, tak ingin kugali lebih dalam
Meski kubelum tahu baik buruk kenangan itu
Hujanpun menepati janjinya
Untuk tiba di malam yang kelam
Di saat hatiku percaya sirna termakan
Oleh tamaknya rasa dusta
Bahkan tuk kesekian kalinya
Aku takut
Aku takut engkau akan menjadi hujan
Yang datang hanya sesaat
Dan meninggalkan genangan di jalan yang berlubang


KENARI
Oleh: Gamal

Rupa dan suara yang indah tuk dinikmati...
Seakan menjadi pelengkap sinar mentari pagi
Semakin menjadi dengan segelas kopi
Keindahan yang kau miliki tanpa sadar membuat burung lain iri
Warnamu takkan melepas setiap mata yang melihat...

Bila diibaratkan denganmu aku tidak mau...
Terkunci dan melihat gelas kopi yang sama setiap pagi
Dan berkicau seakan bahagia setiap hari
tanpa satupun manusia yang mengerti

Entahlah...
Ku tau kau pun tak sanggup hidup...
Tanpa tau kapan habisnya hidup...
Tanpa bisa mengakhiri hidup...
Hanya rela menjalani hidup...

Ku tau...
Bila hidup bisa memilih
Kau pasti lebih memilih hidup seperti burung gereja
Atau seekor ngengat yang merdeka...
Walau dibenci...
Tapi kau tak perlu dipuji

0 komentar:

Posting Komentar